Kamis, 01 Desember 2011

Perbedaan dari koran kompas dengan koran pos kota

Artikel dari poskota.co.id
POSKOTA
Friendfactor, Situs Jejaring Sosial Kaum Gay

SITUS jaringan sosial yang ada seperti Facebook, Twitter dan Ning, selama ini dirasakan hanya berlaku hanya bagi mereka yang beroerientasi heteroseks: Mereka yang berselera pada lawan jenis.

Tak lama lagi, akan muncul “facebook” jenis lain, yakni Friendfactor – situs jejaring sosial khusus kalangan homoseksual, khususnya gay!

Situs baru ini akan menjadi pusat kampanye online-nya kaum gay, situs advokasi, dan alat perjuangan untuk kesetaraan bagi kalangan homoseksual dengan heteroseks.

Friendfactor merupakan online diary – yang memungkinkan para anggota untuk mengirim berbagai informasi, pesan, curhat, pertemanan, dan membalas bermacam pertanyaan dan jawaban seputar dunia gay bagi awam dan kalangan heteroseks.

Brian Elliot, pendiri situs ini, berharap dia mendapatkan dukungan dari kalangan heteroseks dan akan menjalin kerjasama dengan situs jejaring yang sudah ada.

Dikemukakannya, dengan adanya Friendfactor, kaum gay tidak lagi sendirian pada saat terjadi bullying anti-gay dan gay bunuh diri atau ketika gay menjadi berita utama di media.

Friendfactor merupakan reposisi gerakan hak-hak gay, membedah sebagian besar masalah gay dan berfokus pada kaum gay, dengan cara kerja seperti jaringan pertemanan online lainnya.

“Pertemanan antar gay jauh lebih penting daripada perjuangan hak-hak gay,” katanya dalam sebuah wawancara di konferensi PopTech, sebuah acara yang didedikasikan untuk teknologi dan perubahan sosial. “Situs ini bertujuan untuk membuat kontribusi untuk menyenangkan hak gay secara sederhana, “ katanya.

Situs ini akan diluncurkan pada minggu-minggu mendatang, meskipun tidak ada tanggal peluncuran yang spesifik telah ditetapkan. Suatu kelompok nirlaba yang mendukung Friendfactor telah mengumpulkan sekitar $ 500.000 (Rp4,5 Miliar) dalam pendanaan untuk memastikan situs pertemanan itu bisa beroperasi, kata Brian Elliot.

Banyak dukungan datang dari kelompok-kelompok hak-hak gay. Di Amerika, katanya, dukungan juga datang baik dari politisi Partai Republik maupun Demokrat.

Elliot, 29 tahun, yang mengungkap jati dirinya sebagai gay sejak usia 16, mengatakan dia “tidak mengharapkan untuk menjadi seorang gay sejati,” tapi dia menegaskan pentingnya gerakan hak-hak gay, yang hilang dan penting, untuk terus diperjuangkan.

Brian memulai idenya dari halaman Facebook dengan membangun grup “Beri Brian Kesetaraan.” Dari 600 teman-teman yang diundang untuk bergabung, dalam sebulan, 19.000 orang telah “menyukai” halamannya. Elliot menduga bahwa ceritanya menarik – dan meski teman-teman hetero-nya tidak tertarik dengan hak-hak gay, tapi mereka tertarik untuk membantu dia sebagai pribadi, katanya.

Di kalangan kaum gay terkenal dengan kebijakan “jangan tanya, jangan bilang”, karena mengungkapkan jati diri sebagay gay membahayakan keselamatan diri dan karir mereka.

Brian Elliot mengatakan bahwa sampai kini ada 29 negara yang memungkinkan pengusaha bisa memecat gay karena orientasi seksual mereka, dan di 30 negara, tuan tanah dapat mengusir gay, lesbian dan orang-orang transgender (waria).

Di situs tersebut, dia memposting tentang bagaimana dia begitu cemburu pada teman-teman heteroseks yang mulai berkeluarga, melahirkan, mengasuh dan membesarkan anak- sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kaum gay. “Ini membuka babak baru dalam advokasi online,” katanya. Termasuk hak-hak pernikahan dan bergabung di militer, tambahnya. – cnn/dms.

Artikel dari kompas.com
KOMPAS
Sebuah Pulau Es Raksasa Mengancam

STOCKHOLM, KOMPAS.com — Sebuah pulau es seluas 260 km2, lima kali luas Jakarta Pusat, yang lepas dari gletser Petermann, Greenland, melintasi Lautan Arctic, Rabu (11/8/2010). Bisa dibayangkan, apabila seluruh es Greenland mencair, bisa menaikkan permukaan air dunia 6 meter. Jakarta Utara bisa tenggelam jika permukaan laut naik 2-3 meter.

Pulau es yang sedang "berenang" di Lautan Arctic itu segera memasuki tempat terpencil yang disebut Selat Nares, sekitar 620 km selatan Kutub Utara, yang memisahkan Greenland dan Pulau Ellsemere, Kanada. Dalam skenario terburuk, bongkahan es raksasa itu bisa saja mencapai perairan yang ramai dilalui kapal di mana bongkahan es Greenland serupa pada tahun 1912 menghancurkan Titanic.

"Pulau es itu sangat besar sehingga mustahil bisa menghentikannya," kata Hon-Ove Methie Hagen, glasiologis dari Universitas Oslo.

Jika pulau es setebal Empire State Building di New York ini memasuki Selat Nares sebelum beku musim dingin (bulan depan), lintas kapal di sekitar Kanada akan terusik. Dan, jika bongkahan es raksasa itu mengalir ke selatan akibat didorong arus, lalu mencapai pantai timur Kanada, perairan yang sibuk, pengiriman minyak dari Newfoundland akan terganggu.

Pulau es itu amat berbahaya bagi anjungan minyak Grand Banks di lepas pantai Newfoundland, Kanada. "Dari sanalah bisa menjadi titik awal bencana besar," kata Mark Drinkwater dari Badan Antariksa Eropa.

Daya dorong pulau es itu sangat kuat, dapat menyapu anjungan minyak lepas pantai serta kapal-kapal yang ada di depannya. Benturan yang ditimbulkannya pun dapat menyebabkan kerusakan parah. Jika es itu mencair, berpotensi menaikkan permukaan laut global setinggi 20 kaki atau 6 meter!

Pulau es itu pertama kali terlihat lewat satelit oleh seorang peramal es dari Kanada, Tudy Wohllenben, Kamis (5/8/2010). Debit air segar jika es itu meleleh bisa memasok kebutuhan air bagi seluruh warga Amerika Serikat selama 120 hari atau empat bulan.

Canadian Ice Service memperkirakan, laju bongkahan es itu memakan waktu satu atau dua tahun mencapai pesisir timur Kanada. Kemungkinan juga akan pecah menjadi potongan-potongan kecil akibat menabrak gunung es dan pulau-pulau karang. Bongkahan-bongkahan itu juga akan roboh atau mencair akibat angin dan gelombang. "Tapi bongkahan hasil pecahan itu terbilang cukup besar," kata Trudy Wohllenben.

Reuters melaporkan, peristiwa lepasnya pulau es dari gletser Petermann, Kutub Utara, ini merupakan fenomena alam terbesar dalam kurun 28 tahun. Terakhir terjadi pada tahun 1962 ketika Ward Hunt Ice Shelf, Greendland, membentuk sebuah pulau.

Para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan, sulit mengklaim robohnya bongkahan es raksasa itu akibat pemanasan global sebab rekaman tentang air laut di sekitar gletser itu tersimpan sejak 2003. Aliran air laut di bawah gletser menjadi penyebab utama lepasnya pulau es dari Petermann, Greenland. (AP/REUTERS/CAL)

Jika kita analisa kedua artikel di atas maka kita dapat melihat ada sedikit perbedaan, artikel yang saya ambil dari poskota.co.id masih terdapat sedikit kesalahan eja, kesalahan penggunaan huruf besar & kecil, bahasa yang digunakan campur aduk dengan bahasa Inggris, penggunaan tanda baca juga masih terdapat sedikit kesalahan.
Sedangkan artikel yang saya ambil dari kompas.com dapat kita lihat bahasa yang digunakan lebih baku, walaupun topik artikelnya lebih ke sains tetapi penggunaan bahasa asing lebih diminimalisasi, penggunaan tanda baca juga sudah cukup baik.

Jika saya simpulkan dari kedua artikel di atas, maka menurut saya artikel dari kompas.com lebih baik tata bahasanya daripada artikel dari poskota.co.id. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh sasaran pembaca kedua koran tersebut. Koran poskota lebih ditujukan bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah, sedangkan koran kompas lebih ditujukan baigi masyarakat menengah ke atas. Jadi tata bahasa yang digunakan di dalam artikel dari kedua koran tersebut berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar