Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak
tidur), kita selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada
waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang
sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak
terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya pada
saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan
secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan
bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir
vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang
sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan yang bertolak
belakang dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.. Berdasarkan pengamatan yang sejenis
juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Kegiatan penalaran mungkin bersifat
ilmiah atau tidak ilmiah.
Penalaran berjalan menurut alur kerangka berpikir tertentu, yang
merupakan kunci pembuka gerbang ke arah kemajuan seperti apa yang
dicapai oleh manusia sekarang ini. Penalaran hanya terkait dengan
berpikir sadar dan aktif, dan mempunyai karakteristik tertentu untuk
menemukan kebenaran. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan cara berpikir bukan
dengan perasaan.
Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok,
yakni logis dan analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir ini
dilandasi oleh logika tertentu, sedangkan analitis mengandung arti bahwa
proses berpikir ini dilakukan dengan langkah-langkah teratur seperti
yang dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya. Melalui proses
penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi,
hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.
Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan yang tepat
dari bukti-bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut
konsekuensi.
Banyak sekali kegiatan manusia yang menggunakan penalaran, sebagai
contoh misalnya dokter dalam mendiagnosis penyakit pasiennya, detektif
yang menyelidiki masalah kriminal, atau kegiatan lainnya, tapi yang
harus dicamkan adalah bahwa penggunaan yang banyak bukan jaminan bahwa
penelaran deduktif ini dapat dipergunakan tanpa kelemahan-kelemahan.
Antara lain misalnya jika salah satu atau kedua premisnya salah maka
kesimpulan yang ditarik berdasarkan premis-premis itu akan salah.
Kelemahan lainnya adalah bahwa kesimpulan yang ditarik berdasarkan
logika deduktif tak mungkin lebih luas dari premis-premisnya, sehingga
sulit diharapkan kemajuan ilmupenegetahuan jika hanya mengandalkan
logika ini. Selain itu manakala argumen deduktif akan diuji
kebenarannya, maka yang mungkin teruji hanya bentuk atau pola
penalarannya tapi bukan materi dari premis-premisnya, jadi salah benar
premisnya tak dapat diuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar